Monday, May 5, 2014

Hal-ihwal Bea Cukai: Sebuah Kerja Hebat di Perbatasan

Apa sih bea cukai? Tidak jarang, yang pertama terlintas dalam benak kita adalah pita cukai rokok. Hehehe.. Tidak salah memang, tapi bea cukai mencakup banyak hal selain itu, yaitu mengenai pajak yang dikenakan pada barang impor yang masuk ke wilayah Indonesia dan segala jenis barang konsumsi, termasuk rokok.

Sebagai negara kepulauan yang cukup banyak berbatasan dengan negara lain, tentu menjadikan PR tersendiri bagi pemerintah RI. Isu keamanan, sengketa teritorial, kesenjangan ekonomi, dan lain-lainnya menjadi pokok penting yang mesti diperhatikan. Tidak hanya perbatasan darat antar negara tetangga, namun juga batas-batas laut yang justru membutuhkan kewaspadaan tinggi dalam proses pengawasan. Sebut saja perbatasan darat Nunukan dan Tarakan, Sambas, dengan Malaysia, Kepulauan Riau, Batam, dengan Malaysia dan Singapura, antara Atambua-Timor Leste, bahkan bagian utara perairan Sulawesi yang langsung berbatasan dengan Filipina.

Perbatasan negara merupakan kawasan yang memerlukan penjagaan ekstra. Di samping kondisi alam yang kurang mendukung untuk akses yang memadai, juga berdampak pada sebagian masyarakatnya yang kurang tersentuh. Baik itu dari sektor pendidikan, kesehatan, dan yang sangat vital yakni segi ekonomi. Di sinilah peran penting yang diampu oleh para petugas Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) untuk menjaga keekonomian dan melindungi negara dari segala bentuk penyelundupan ilegal. Hal itu pun masih sebagian kecil dari tugas besar yang diemban oleh DJBC pada umumnya. Tugas pokok dan fungsi DJBC meliputi segala perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional yang berkaitan dengan pengawasan lalu lintas barang maupun orang yang keluar masuk di daerah pabean sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku. Tidak sederhana, kan?

Siapapun yang bekerja di perbatasan negara tentu tidak mudah. Waktu kerja yang harus siap siaga, dan patroli wilayah yang menguras banyak tenaga. Apalagi tugas menjaga perbatasan negara dan melindungi kelangsungan ekonomi ini berdampak luas. Misalnya terhadap industri dalam negeri. Jika barang impor yang masuk secara ilegal semakin marak, sudah barang tentu merugikan pendapatan negara dan membahayakan kelangsungan industri lokal atau dalam negeri yang terdesak. Terlebih jika barang illegal tersebut adalah narkotika, tidak saja dari segi ekonomi tetapi juga akan berakibat buruk terhadap masyarakat Indonesia utamanya generasi muda.

Dalam kasus penyelundupan, bisa jadi terdapat iming-iming yang ditawarkan oleh penyelundup supaya lolos dari pemeriksaan. Jangankan para cukong besar yang memang licik dan berniat buruk melakukan tindak penyelundupan untuk memperkaya diri. Di sini pentingnya integritas yang dimiliki masing-masing petugas. Namun, yang membuat miris petugas juga dihadapkan pada pilihan sulit jika berhadapan dengan rakyat kecil yang terbiasa dengan tradisi mereka yang telah berlangsung lama. Orang-orang hendak melakukan transaksi ekonomi seperti perdagangan kecil dan bertemu dengan keluarganya yang kini terpisah teritorial dan status kenegaraan. Mereka adalah warga biasa dengan ekonomi pas-pasan, yang tidak punya kepentingan tertentu selain sekadar menyambung hidup dengan kegiatan ekonomi dan melepas rindu. Bahkan ada juga yang sekadar barter karena ketiadaan barang di masing-masing wilayah. Setidaknya itu yang pernah saya dengar mengenai penjagaan di bagian pelosok perbatasan di Atambua-Timor Leste. Dilematis. Ingin sekali saya mengetahuinya…

Untuk memperlancar pengawasan di perbatasan, dilakukan lah patroli petugas bea cukai di kawasan kepabeanan. Hal ini memerlukan kerja sama yang saling memberi sinergi positif antar pihak-pihak terkait. Misalnya, menggandeng TNI AL yang dikenal dengan Patroli Koordinasi Keamanan Laut. Dengan kerja sama semacam itu, sumber daya bisa dihemat, dan kekuatan lebih hebat. Selain patroli pengawasan yang bekerja sama dengan instansi dalam negeri, juga terdapat bentuk kerja sama keamanan lain dengan pihak negara-negara tetangga. Tidak kalah pentingnya, perlu dilakukan pembekalan rutin terhadap para petugas bea cukai supaya dedikasi dan integritas untuk melakukan kerja pengawalan tersebut senantiasa terjaga. Masyarakat umum utamanya di skeitar wilayah perbatasan juga perlu mendapat pengetahuan mengenai peraturan bea cukai dan seluk-beluknya, sehingga diharapkan memiliki kesadaran untuk turut bahu membahu menjaga ekonomi Indonesia.
Selamat menjadi garda terdepan di perbatasan!

Wednesday, April 30, 2014

Tiada Lagi Sehari Tanpa Internet, Genggam Teruus!

Aaaaaakk.
Rasanya pengen teriak-teriak atau badmood nggak jelas kalau kuota internet lagi abis. Manyun lah pokoknya. Awalnya pas lagi pengen menghemat, saya tergoda buat beli paket internet yang lagi promo. Dapat kuota gedhe dengan harga yang miring banget. Lumayan lah bisa nambah ongkos makan. Hahaha. Seneng lah saya karena dipakai ternyata cukup oke. Lancar jaya. Tapi kadang suka kepikiran gimana kalau kuota nya nggak cukup buat mengakomodasi kebutuhan internet saya yang lumayan gedhe juga. Tiap browsing atau streaming, jadi was-was. Dan benar kejadian, akhirnya baru seminggu, kuota dinyatakan habis. Grr..kuota normal memang hanya sekian ratus megabyte. Dan sisanya sekian gigabyte cuma bisa dipakai pada jam-jam tertentu. Rasanya geraam banget, percuma juga murah kalau kebanyakan ketentuan dan syarat berlaku. Sedih lah saya. Dan berhubung ketika itu pas tanggal tua dan lagi banyak pengeluaran, makin bingung lah saya. Sayang kalau mau beli paket data lagi sementara sebenarnya masih ada kuota. Hanya saja masak iya tiap hari harus bangun tengah malam buat ngenet. Atau pas jam kerja efektif malah ngenet. Duh…

Akhirnya, tiap malam pada jam kuota internet saya nggak bisa digunakan, saya terpaksa numpang pakai smartphone teman kos yg sudah saya setting portable hotspot nya. Hihihi.. lumayan, buat bertahan hidup dulu. Kadang gantian sampai tiga teman, supaya saya nyedot kuotanya rata :D

Tetapi masalah mulai muncul ketika saya harus keluar kos. Nggak mungkin kan jangkauan portable hotspot tadi bisa berkilo2 meter?
Benar-benar meresahkan. Jangankan sehari, beberapa jam nggak ada internet saja rasanya sudah kelimpungan. Ketinggalan info-info penting di grup chat whatsapp, nggak bisa unggah foto di instagram atau browsing pas cari bahan tulisan, dan yang nggak kalah penting: terhambat buat kepo socmed mantan. Hahaha.. *ketawa perih* *garuk-garuk ketek*

Melihat teman kos saya yang internetnya lancar bener sampai bisa berbagi koneksi tadi, rasanya iri betuul. Saya juga punya sih nomor Simpati andalan yang dari dulu saya gunakan khususnya tiap traveling ke lokasi agak pelosok yang susah sinyal, juga buat menghubungi orang-orang penting. Tapi beli paketnya kok ya lumayan mahaal buat kantong mahasiswa yang pas-pasan.. Jadinya saya nyicil beli pulsa regular dan daftar paket kuota harian atau mingguan. Sekadar mengantisipasi kebutuhan internet yang mendesak pada jam efektif malam (18.00-22.00)..
Baru beberapa hari sudah tak sesuai prediksi. Nyatanya kalau pakai kuota harian/mingguan justru cepat habis karena kuota yang kurang memadai buat smartphone. Kalau buat handphone biasa, pakai telkomsel flash mingguan sudah lega sekalii, malah sisa-sisa :D Jadi seharusnya nggak ada alasan sih buat nggak bisa ngenet karena pilihan paket data sudah beragam banget. Siapapun, bisa menggenggam internet!

Sampai klimaksnya adalah ketika harus agenda rapat-meeting dengan orang-orang baru di komunitas dan pindah-pindah lokasi. Komunikasinya ya di grup whatsapp. Otomatis butuh internet sementara tidak di setiap tempat ada koneksi wifi yang bisa dimanfaatkan. Haduh.. Pas break ketika meeting pun rasanya jadi mata gayaaa. Smartphone tanpa koneksi internet kan jadi turun derajat bagai batu bata -,-
Nggak tahan karena frustasi sama keadaan tanpa internet, ngrepotin temen dll, saya mikir harus ambil keputusan. Alhamdulillah waktu itu ada saja lah uang jatuh dari langit. Amplop-an kerja volunteerisme yang nggak disangka-sangka. Terpaksa saya ambil uang di amplop yang menurut saya uang panas: nggak boleh dipakai kalau nggak genting dan penting. Berhubung nggak ada internet sehari itu udah masuk kategori genting dan penting tersebut, ya udahlah saya memutuskan harus beli. Saya nekad pergi nyari counter pulsa seketika itu juga. Mata dan telunjuk menelusuri etalase, lalu pilihan saya jatuh ke perdana Simpati Loop yang dari dulu bikin penasaran! Harganya terjangkau lagiii, cuma 30 ribu sudah komplit kuota internet 2 GB. Saya yakin ini bakal worthed sekali. Nggak ada ruginya pakai smartphone dengan didukung koneksi internet hebat. Segala aktivitas dunia maya dan nyata jadi terintegrasi, kebutuhan informasi terbaru, referensi bahan kuliah, kerjaan dll pun bisa diakses dengan mudah. Benar-benar serasa menggenggam dunia, hehehe..
Sampai kosan, nggak sabar segera saya aktifkan Simpati Loop saya. Nggak perlu daftar ribet pula, simpel banget. Seneeeng. Akhirnya bisa ngenet super lega berkat kuota yang cukup memadai lah hingga sebulan ke depan. Dan yang penting sinyal kuat dimana-mana dan jarang trouble. Mana ada lah sehari tanpa internet? 24 jam pun bisa melek teruuuus :D #lalala #yeyeye..


Rasanya langkah jadi lebih enteng. Dan hidup penuh warna lagi. Hokya!