Edit bahasa dan tulisan: 22 Maret 2010 :D
Masih ingat Maryamah Karpov, sobat?
Ini tulisan ketika saya sedang dalam proses menyelesaikan novel setebal itu :


(sumber gambar)
Kenapa mesti A Ling? Aku rasa perjuangan IkaL adalah untuk mengajari bagaimana kita memperjuangkan mimpi/cita2, bukan cinta, seperti yg ia lakukan sendiri. Kenapa A Ling?! Aku tidak habis pikir secerdas otak IkaL semuanya dipersembahkan buat A Ling se0rang?? Pernahkah kau brpikir sepertiku kawan? Yang hampir tergelitik atau malah ingin muntah2 menyimak sejuta cara IkaL untuk menemui pujaan hatinya..
Sungguh,aku hanya menggeleng2 betapa sejuta pesona hidup IkaL luluh lantak di mataku hanya karena sejuta cintanya untuk A Ling.. Ah,tapi hanya di mataku kok, tentu bagi banyak pembaca Maryamah Karpov lain tidak serupa. Hm,apa memang aku yang buta soal cinta?? Atau karena aku hanya berusaha realistis terhadap segala hal,utamanya soal cinta? *Saya jadi teringat tulisan di kaos Joger saya, bunyinya:

Hm, sedikit lama aku berpikir, apa aku saja yang picik ketika membaca cerita IkaL?! Bukankah kerealistisan itu salah satu kendala penghambat cita?! Aku rasa IkaL tak pernah realistis soal mimpinya, makanya Tuhan selalu memeluk mimpi2nya itu.
Aku kembali bertanya, kenapa mesti A Ling?? Aku jadi penasaran, perempuan macam apakah si A Ling tersebut, seingatku IkaL tak pernah menceritakannya dengan begitu detail. Hanya paras kuku2 A Ling yang cantik begitu juga senyumnya yang sampai kini memikat IkaL dalam dimensi mimpi dan rindunya. Sebegitu mengandung toxic-kah perempuan itu di mata laki2 seperti lagu yang dibawakan The Changcuters hingga Ikal rela menukar nyawanya hanya demi sekulum senyum A Ling?! Ahh, kerasionalan logika laki-laki memang sering perlu dipertanyakan.. Atau, cinta pada dasarnya tak kenal logika?
Ahh, tak adakah yg lebih indah di dunia ini selain urusan cinta dan tetek bengeknya??
Bah.
Hm, setelah aku mereview kembali ingatanku soal cerita IkaL - A Ling,aku baru saja menemukan sesuatu. Kawan tentu tahu betapa melownya cerita orang sedang mabuk cinta dalam mendramatisasi ceritanya. Betapa banyak cerita melankolis, para pencinta selalu ditampilkan tergolek lemah atau sakit2an karena tak jua bertemu pujaan hatinya, atau karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, dsb. Seperti Maria yang kehilangan 'separuh nyawa'nya karena Fahri, atau cinta tragis Jani kepada Radit (film Radit dan Jani). Hm, sedangkan dalam cerita Andrea Hirata, kemelankolisan Ikal hampir sama sekali tidak tampak. Cintanya terbungkus apik dengan semangat yang menggelora hingga terkesan heroik, meski sebenarnya melas tiada tara..
Perjuangannya berjibaku dengan keadaan alam Eropa Afrika beserta segala kesulitan yang menghadangnya, menjadi pendulang timah, usaha Berae demi rupiah2 untuk modal menyingkap misteri A Ling, sampai pada akhirnya membuat perahu sendiri dengan teori2 sumbangan Lintang adalah kenekatan luar biasa yang menampilkan semangat perjuangan Ikal yang sebenarnya menurutku adalah lebay, cengeng!
Itulah, melankolisnya Ikal dalam impiannya terhadap A Ling digambarkan dengan semangat, pantang menyerah, tekad-nekad yang sudah menyetan dalan diri Ikal hingga menjiwai seluruh lakunya.
Bukan cinta yg mellow,melankolis, dramatis, tangis, terkulai, tragis sampai menemui mati.
Ya, setiap orang berhak mengapresiasi buku yang dibacanya sekehendak hatinya. Maksudku sekehendak hati yaitu bagaimana caranya ia menginterpretasi, menerjemahkan dengan cara pandang tertentu, dengan maksud agar mengena dan membarikan manfaat bagi (utamanya) dirinya.
Seperti halnya dalam cerita ini, aku masih bersikukuh dalam cara pandangku bahwa Andrea Hirata mengajari kita bagaimana memperjuangkan mimpi hingga mengantarkan sampai ke langit lapis 7 biar dipeluk Tuhan. Bukan bagaimana cara kita pantang menyerah memperjuangkan seseorang apalagi hanya sebatas lelaki atau perempuan yang belum tentu menjadi milik kita! Jadi kita dapat mengambil sedikit pelajaran bahwa cara Ikal menuju perwujudan citanya adalah dengan tindakan-tindakan produktif, bukan bermalas-malasan bermuram durja di kamar!
Meskipun menurutku perjuangan-perjuangan cinta macam begitu itu masih saja tak jauh beda dengan cara manusia merendahkan dirinya,demi cinta A Ling?(ingin muntah aku rasanya)tapi setidaknya semangat pantang menyerah itulah yang patut kita teladani.
Sekian.
2 comments:
huwauw, buku itu! xD
Zzzz.. apa? xD
Post a Comment